Mau Cari Apa???

Senin, 05 Oktober 2015

My Freindship Fanfiction ( Hello, Good Bye )

Hello, Goodbye
Arisa Higashiyama #Dealova || Ficlet
PG-13 || Friendship, Angst
|| Oh Hayoung ( A Pink), Song Qian/Victoria (fx) ||
Hanya sebuah fanfiction yang masih membutuhkan kritik dan saran

  *** 

Ada banyak hal yang Tuhan rahasiakan dari kita. Awal dan akhir ialah salah satunya. Kita tidak tahu dan tak akan pernah tahu, kapan akan bertemu seseorang. Dan dimana pertemuan itu.
"Permisi, bisakah membantuku?"
"Ne, ada apa?"
"Apakah kau mengetahui letak apartemen ini?"
"Oh.. dari halte itu kau naik bus lalu turun di halte pemberhentian pertama. Tepat di depan halte, itulah tempatnya."
"Arraseo, ghamsahamnida!"
"Nde, cheonmahamnida."
Yang kita anggap sebagai sesuatu yang hanya sekilas berlalu bahkan tidak pernah teringat, tiba – tiba saja dijadikan terulang kembali. Dan lagi – lagi di tempat yang tak kita duga.
"Permisi, boleh aku duduk di sini?"
"Tentu, silahkan saja."
"Hei, kau yang waktu itu membantuku di halte, kan?"
"Benarkah? Aku bahkan nyaris lupa."
"Ne, annyeonghaseyo Song Qian-imnida!"
"Annyeonghaseyo, Oh Hayoung-imnida. Kau dari China, ya?"
"Yaps, tepatnya di Qingdao. Kau sendiri, asli dari Seoul?"
"Aniya.. Aku dari Incheon."
Semua kedekatan ataupun hubungan dimulai dari perkenalan. Biasanya diawali dengan kebahagiaan yang membuncah. Dengan mengenal, kita membuka gerbang cerita baru. Memulai petualangan baru.
"Qian-ah, ajari aku bahasa Mandarin, ne.. ne?"
"Kau yakin? Penulisannya juga pengucapannya berbeda dengan hangul, iho.."
"Iya, aku yakin! Aku mulai menyukainya. Ajari aku, jebal..."
"Arraseo, mari kita mulai."
Banyak hal baru yang tentu akan kita pelajari. Banyak hal baru yang akan kita buka. Banyak pengalaman yang dapat kita rasakan. Juga.. tentu saja perasaan sukacita di dalam hati.
"Hayoung-ah, jadi berkunjung?"
"Tentu saja! Kau akan mengajariku teknik dasar kungfu, kan?"
"Bukan aku yang mengajarimu. Tapi Hangeng-ge."
"Wae? Kenapa tidak kau saja?"
"Aku masih tahap belajar, kalau aku mengajarimu adanya aku menyesatkanmu!"
"Aigoo.. Baiklah, aku mengerti Qian-er!"
"Berhenti ber- aegyo!"
"Ha ha ha..."
Tapi bodohnya aku adalah melupakan satu hal. Yang seharusnya kukenal sejak awal.
Ya, aku lupa untuk berkenalan dengan akhir.
Yeah, tentu saja kebanyakan dari kita- termasuk aku terlalu terlena dengan awal yang menyenangkan, sehingga.. Lupa untuk mempersiapkan diri.
"Jung-seonsaengnim, kenapa 2 hari ini Qian tidak masuk?"
"Hhmm.. seharusnya kau tahu hal ini sejak lama."
"Ada apa, saem?"
"Qian-ssi sudah pindah ke Negara asalnya."
"Ige mwoya?! Maksudku, kenapa mendadak?"
"Keluarganya hanya member keterangan bahwa kepindahan ini terkait dengan urusan keluarga. Jadi tentu saja kita tidak berhak mengganggu privasi mereka."
"Jadi mereka sudah tidak di Korea Selatan lagi?"
"Ne. Mianhamnida Hayoung-ssi."
EPILOG
Ketika Jung-seonsaengnim berlalu dari hadapanku, pikiranku masih terpaku di tempat. Hari – hariku selanjutnya nyaris menyerupai yeoja putus asa yang ditinggal kekasihnya di drama yang sering ditonton eonni-ku.
2 tahun berlalu,
Dan aku masih bertanya – tanya sendiri.
Aku tahu aku salah, terlena pada sebuah hal, tanpa ingat sebuah resiko
Aku tahu aku salah, sering menuntut semua berjalan sesuai keinginanku
Aku tahu aku salah, terkadang ingin menyalahi garis Tuhan kepadaku
Kuharap bukan aku seorang yang ingin persahabatan ini tetap ada
Kuharap bukan aku seorang yang ingin pertemuan itu kembali terulang
Kuharap.. takdir dan waktu mau bekerja sama
Hey Qian-ie, walau kau ada di sana,
Aku tetap sahabatmu, kan?



_END_

Kamis, 30 Juli 2015

After Graduation ( My Fanfiction)


After Graduation

Arisa Higashiyama  #Dealova  ||  Ficlet
PG-13  ||  Friendship, Angst
Jung Eunji (A Pink) || Kim Namjoo (A Pink), Xi Luhan (EXO), Park Chanyeol (EXO)
Fanfiction yang terinspirasi dari kisah nyata. Sangat memerlukan kritik dan saran. Terimakasih..
***

Sotsugyou wa owari ja nai
( Graduation is not the end ) 

Kore kara mo nakama dakara
( Because we’ll be friends even after ) 

Issho no shashintachi
( Picture of us together ) 

Osoro no kii horudaa
( Our matching keychains ) 

Itsumade mo kagayaiteru
( Will shine on forever ) 

Zutto Sono egao Arigatou
( And always, thanks for your smile )


Houkago Tea Time - Tenshi Ni Fureta Yo!

Sewaktu masuk ke JHS, tidak sesulit ini. Apa yang salah dengan sekarang? Situasinya sama hanya saja lingkungannya kali ini lebih besar, ouch.. Jangan-jangan itu masalah utamanya. Gugup dengan kondisi lingkungan yang lebih terbuka.
Jung Eunji, 15 tahun, baru saja menamatkan pendidikan JHS-nya. Bersama keempat temannya- Kim Namjoo, Xi Luhan, dan Park Chanyeol- dia melanjutkan ke Seongyook SHS.  Sebuah sekolah yang sudah 25 tahun berdiri dengan fasilitas yang bagus dan kualitas yang terjamin. 180 derajat berbeda dengan JHS-nya dahulu. Daenghyun Art JHS yang baru 3 tahun berdiri hanya memiliki 20 murid di setiap kelas. Ah, tapi semakin ke sini sekolah itu terus merangsek maju.
Hari pertama di SHS terasa sangat berbeda. Jika dulu ia langsung berteman akhrab dengan semua anak perempuan dan beberapa sunbae, sekarang ia nyaris depresi menyadari dirinya tak seakhrab itu dengan teman sebangkunya. Kenal, ya tentu, mengobrol, ya juga, tapi ya.. berbeda. Argh.. bagaimana harus dijelaskan! Yang jelas saat ini Eunji lebih sering duduk diam tanpa suara daripada mengoceh seperti sebagaimana hobinya.
“Hey! Sudah mendapat teman baru?” Namjoo- sahabatnya di JHS mengejutkan dirinya.
“Oh tentu! Kau sendiri?” Aduh, harusnya itu pertanyaan yang tak perlu ditanyakan. Paboya!
“Tentu saja! Aku bahkan telah mengenal semua anak di ruanganku. Yah.. walau itu bukan kelas tetap sih, tapi aku berharap kita dapat satu kelas lagi!” Balas Namjoo riang seraya menunjukkan beberapa foto selfie-nya dengan teman-teman barunya.
Nah kan, sudah dibilang, itu pertanyaan yang bodoh.
“Ehm.. mana Luhan? Atau Chanyeol?” Tanya Eunji mengalihkan pembicaraan sekaligus agar dia tidak menangis di tempat.
“Mereka berdua sedang sibuk sepertinya. Kemana ya..? Tadi aku melihat mereka dengan gerombolannya ke lapangan,” Jawab Namjoo seraya celingukan mencari dua namja tersebut.
Hah? Salah dengar mungkin.
“Luhan sudah punya teman?!” Eunji setengah memekik tak percaya.
“Dia kan diam-diam pandai bergaul,” Tukas Namjoo.
“Aku bukan bicara tentang Chanyeol.”
“Aku juga sedang tidak membahasnya. Tuh, lihat ke sana!”
Glek..! Rasanya seperti ditampar kenyataan. Ingatannya masih jelas sekali tergambar saat hari pertama di JHS dimana Luhan tak ubahnya seperti anak hilang. Kecil dan sendirian. Nah, sekarang kenapa jadi..?
“Namanya Oh Sehun, anak di ruang 3 sama seperti Luhan,” Jelas Namjoo lancar.
“Bagaimana kau bisa kenal?” Sahut Eunji heran.
“Aku tidak kenal, kemarin saat pengarahan dari kepala sekolah dia bertanya. Tentu saja aku jadi tahu namanya.”
Aish, bahkan Eunji tidak punya waktu apalagi terpikir untuk menghapal nama anak dari ruangan lain. Ruangannya sendiri, ruang 8 belum selesai.
“Baiklah, sampai bertemu pulang nanti ya! Annyeong!” Sebelum Eunji sempat bereaksi, Namjoo sudah melesat.
Dan lagi-lagi Eunji merasa suasana di sekitarnya kembali hening. Konyol rasanya mengingat ada sekitar 460 murid kelas 10 di sekitarnya. Masih ditambah 90 murid kelas 11 dan 12 yang sedang bertugas. Tapi begitulah yang dirasakannya. Seakan terasing. Seakan dirinya yang sebenarnya hilang seketika. Dirinya yang sebenarnya tidak akan pernah betah untuk duduk tanpa suara. Jung Eunji yang sebenarnya adalah seseorang yang senang berbicara.
“Eunji-ya, mau lihat film Sadako tidak?”
“Anii, aku takut tidak bisa tidur nantinya.”
“Ya ampun.. Kita kan menontonnya bersama. Kalau kau takut, kau dapat bersembunyi di balik punggung salah satu dari kita.”
“Baiklah, kajja! Aku juga penasaran.”
Dan dapat dipastikan setelahnya Eunji menjadi lebih paranoid terutama saat malam hari. Tapi itu tidak masalah. Itu kan akibat rasa penasarannya dan juga.. Ketidakinginannya melewatkan kebersamaan dalam menonton film.
“Tinggal tiga bulan lagi ya..?”
“Wae? Wah wah ada yang sedih rupanya.”
“Memang kau tak sedih Jung Eunji?”
“Hhmm.. bagaimana ya?”
“Tentu saja aku sedih tapi aku bertekad menghabiskan satu bulan ini tanpa sia-sia. Ide bagus bukan?”
Terlalu bagus malah. Satu bulan itu berlalu dengan sangat indah. Acara study tour dan perpisahan kelas 9. Canda tawa yang selalu mengiringi siswa-siswi kelas 9 menuju kelulusan mereka. Canda tawa yang juga menjadi kekuatan bagi kelas 9 untuk menghadapi kelulusan mereka. Sebuah kekuatan yang tidak pernah disadari. Kenangan yang jika diingat dapat membuat tertawa, sejenak. Setelahnya deraan rindu dengan cepat menusuk.
“Ayo kita foto dulu!”
“Ne! Ini kan moment terakhir kelas 9.”
“Han dul set!”
Cklik!
“Aku ingin lihat! Aku ingin lihat!”
“Hapus! Hapus! Aku jelek di sini!”
“Biarlah, yang penting terfoto.”
Sekarang, tidak peduli bagaimana keadaan orang-orang di foto itu, apakah orang-orang yang terfoto dalam posisi tidak sesuai atau dalam keadaan siap, foto itu sudah menjelma sebagai harta berharga. Karena dalam selembar foto, lebih banyak kata-kata yang bisa dijelaskan. Dan lebih banyak rindu yang akan diundang.
“Eunji-eonni!!”
“Hey jangan memanggil seperti itu! Tidak sopan.”
“Tidak apa Naeun-ah, Hayoung kan sudah jadi yeodongsaeng-ku.”
“Oh begitu, jadi aku bukan adik sunbae begitu?”
“Anii..! Bukan..”
“Baiklah kalau begitu!”
“ Naeun-ah!! Tunggu! Kau juga adikku!”
“Jadi aku boleh memanggil sunbae dengan sebutan eonni?”
“Sejak dulu aku tidak pernah melarangnya kan?”
“Ha ha ha.. Eunji-eonni, kau ini lucu, eoh!”
Tentu saja Eunji mengizinkan para hoobae memanggilnya tanpa embel-embel sunbae. Karena.. mereka adalah keluarganya. Mereka adalah adik-adiknya. Dan dia adalah kakaknya, kakak yang kelak harus meninggalkan adik-adiknya. Bukan karena benci, namun untuk menjadi lebih dewasa.
“Jadi kau akan melanjutkan ke Seoul International School?”
“Wae?”
“Anii, hanya saja.. Aku merasa sangat nyaman sebagai sahabatmu.”
“Jinja? Kupikir kita ini partner dalam berteriak.”
“Baiklah, itu juga!”
“Jika aku tidak diterima, aku akan masuk Seongyook SHS.”
“Hah?! Jangan bercanda, Jung Eunji!”
“Apa salahnya? Lagipula kau juga akan masuk ke sana bukan?”
“Ne! Tapi aku ada satu syarat.”
“Aku juga ada. Tapi.. kau dulu saja lah!”
“Jangan melupakan teman lama.”
“Jangan bercanda, Namjoo-ah. Seandainya aku mendapat teman baru, pasti aku akan berusaha untuk pulang denganmu.”
“Promise?”
“I promise you.”

I won’t ever forget I will make you happy Just like the saying, we are one
Even after time, I couldn’t say anything and just swallowed my words Words saying, I’m sorry, I love you, please believe in me like you do now
(EXO – Promise Eng Trans)

“Hah..!” Eunji mendesah bosan. Benar-benar bosan. Bosan hanya jadi penonton. Penonton sebuah opera menyenangkan yang ingin sekali ia ikut bintangi. Opera nyata bernama kehidupan.
Kringg.. Kringg.. Kringg..
Bagai seorang putri yang menunggu pangeran menjemputnya, Eunji langsung berlari setengah meloncat-loncat keluar kelas. Tak sabar berceloteh ria dengan teman-temannya. Oh tentu saja teman-teman yang telah dikenalnya. Ralat, bukan teman tapi keluarga keduanya.
Satu-persatu murid keluar. Sebagian besar bergandengan tangan bersama kawannya, entah kawan lama atau yang baru. Eunji merasa dia keluar cukup cepat, yah walau tadi ada sedikit hambatan karena harus mendengar titahan konyol dari para sunbae.
Apa mereka sudah pulang? Tapi semalam kan sudah berjanji akan pulang bersama. Argh.. Namjoo-ya!!
Berapa kali pun Eunji menggerutu tidak ada satu pun yang menghampirinya. Sekali ada dua orang yang bertanya tapi setelahnya mereka berdua pulang.
Hingga semua murid kelas 10 pulang. Eunji menggigit bibirnya, berusaha bersikap biasa walau di dalam hatinya bergemuruh kekecewaan. Mungkin di ruangan sedang diberi arahan, begitu pikirnya.
Entah sudah berapa lama ketika Eunji menyadari bahwa hanya terdengar riuh suara di lantai dua. Suara yang dapat dipastikannya berasal dari kelas 11. Dengan bibir yang digigit, Eunji melangkahkan kaki meninggalkan sekolah.
BRUKK..
Alunan musik instrumental mengalun. Eunji membaringkan tubuhnya di tempat tidur, pikirannya melayang. Melayang menuju masa lalu, 3 tahun yang lalu. Di awal tahun ajaran.
"Kenapa harus di sana, eomma?"
"Percayalah Eunji-ah, kau pasti akan betah di sana."
"Itu sekolah baru. Kenapa eomma mengambil resiko.."
"Hey, jangan begitu. Saat lulus kelas 9 nanti pasti kau akan merindukannya."
Apanya yang bagus? Eomma terlalu yakin.
Air mata Eunji tidak dapat ditahan lagi. Semua yang dikatakan eomma-nya terjadi. Dia merindukannya. Ingin rasanya bisa mendudukkan diri di sana 1 tahun lagi. Menghabiskan lebih banyak waktu dan mencurahkan segala kesesakkan yang tak beralasan di hatinya. Sempat terpikir olehnya untuk tidak meluluskan diri. Tapi, bukankah itu malah menjatuhkan martabat JHS-nya? Dan secara tidak langsung dia melukai sekolah kesayangannya itu dan mementingkan keegoisan konyolnya.
"Eonni, sering - sering berkunjung, ne?"
"Pastinya. Akan kuusahakan."
Adik - adiknya menantinya. Dan dia juga menanti hari pertemuan itu tiba.
"Namjoo-ya, itu teman barumu?"
"Ne. Namanya Moon Gayoung."
"Dia cute."
"Kalau kau, Eunji-ah?"
"Aish, yang kukenal ada tapi tak seakhrab kau dengan Gayoung-ssi."
Sebuah prasangka tiba - tiba hadir di hatinya. Mungkinkah Namjoo merasa lebih nyaman dengan teman - teman barunya? Apakah keberadaan dirinya yang selalu ingin tetap dekat Namjoo itu mengganggu? Kenapa hanya dia yang mencari - cari ruangan teman - teman JHS-nya?
Apa jangan - jangan, selama ini hanya dia yang terlalu naif? Berpegang teguh pada keoptimisan tentang keluarga.

Oneul haruman I cry
( Aku kembali menangis hanya untuk hari ini )
Yeongwonhi haengbokhagil Goodbye
( Berharap kau bahagia selamanya, Selamat tinggal )
Gakkeumeun nae saenggage useodo joha
( Tidak masalah jika kau mengingatku, kemudian tersenyum )
I’m fine thank you, Thank you
( Aku baik - baik saja terima kasih )

_END_

Sabtu, 27 Juni 2015

My EXO Fanfiction (Say Good Bye)

Tittle  : Say Good Bye
Author : Xi Ai Liu  #Dealova
Genre  : Drama (Family,Brothership),Hurt/Comfort,Angst
Length : Ficlet (971 Words)
Rating : PG-13
Main Cast :
-      (EXO’s D.O.) Do Kyung Soo
-      (EXO’s Kai) Kim Jong In as Do Jong In
Other Cast : Find by yourself
Disclaimer : All cast aren’t mine. Just fanfiction!
A/N : Fanfic ini pernah kuplikasikan sebelumnya dengan menggunakan nama tokoh yang berbeda. Dibutuhkan kritik dan saran. Maaf jika kurang feel.


Korea Selatan! 2 tahun meninggalkan tanah kelahiranku,membuang segala memori-memori yang kuanggap menyebalkan,dan menjalani kehidupan indah sebagai seorang mahasiswa di universitas terkenal di Inggris. Konyol rasanya kembali,bukan untuk berlibur namun karena sebuah misi. Mungkin berlebihan tapi ini semacam misi penyelamatan bagiku. Target yang harus keselamatkan adalah salah seorang keluargaku. Seseorang yang pernah kucoba hilangkan nyawanya.

“Eomma,kita mau kemana?” Tanya seorang anak lelaki berusia 5 tahun kepada sang eomma yang sedang menyetir.
“Kamu diam saja!” Balas sang eomma membentak.
Sang anak tersentak itu kemudian memalingkan wajah sendunya ke jendela. Mobil yang dinaikinya terus menembus kegelapan malam,ke sebuah daerah asing. Dia jelas takut,tapi pastinya tak ada satupun orang di mobil itu yang mau meneladeni ketakutannya.
“Kyungsoo-hyung,kita ini dimana?” Kali ini dia bertanya kepada hyung-nya. Namun Kyungsoo;anak laki-laki berusia 9 tahun yang duduk di kursi depan itu tetap bergeming.
“Hyung…” Kali ini seraya menggoyangkan tangan hyung-nya.
“Diam Jongin! Apa kurang  jelas?!” Dengan penuh ketidaksabaran dan kejengkelan, Kyungsoo menepis tangan mungil namdongsaengnya-nya tersebut.
Dan Jongin pada akhirnya memilih bertanya-tanya sendiri dalam hati. Tidak ingin lagi mendapat bentakan.
Hingga akhirnya.. mobil berhenti. Diam-diam Jongin menghembus napas kelegaan.
 “Jongin turun!” Perintah eomma-nyat iba-tiba.
“Aniyo…!” Pekiknya histeris. Setelah menghela napas panjang,sang eomma  memandang putra sulungnya yang duduk di sebelahnya. Kyungsoo mengangguk paham dan keluar mobil.
Jongin memandang penuh kebingungan disertai ketakutan luar biasa saat tiba-tiba seseorang membuka pintu di sebelahnya dan berteriak.”KELUAR!” Tangan hyung-nya menariknya tanpa ampun.
“Andwe hyung…!” Tolak  Jongin sambil menangis. Namun apa daya,kekuatan Kyungsoo lebih besar dibandingkannya,Jongin semakin terseret keluar.
“Hiks hiks.. eomma.. hyung.. Mianhae. Jongin  janji tidak akan nakal,Jongin sayang eomma dan hyung...”
Tangisan Jongin  semakin keras dan menyesakkan, seandainya ada yang mendengar,orang itu pasti akan langsung menghampiri mereka dan membawa Jongin bersamanya. Namun nampaknya hal tersebut tidak berlaku bagi eomma dan hyung-nya.
BRAK…!
“Aku selesai eomma!” Teriak Kyungsoo bersemangat bersamaan dengan itu mobil tersebut melaju cepat melintasi kegelapan malam.
“Hiks hiks... kenapa eomma dan hyung  jahat?Jongin salah apa?” Rintih bocah tersebut penuh pilu. Air matanya terus mengalir, penuh harap mobil itu kembali dan membawanya pulang.

“Jonginnie.. andaikata saat itu polisi tidak menemukanmu.. Huh,bagaimana jadinya?” Lirihku sambil tersenyum miris. Miris mengingat kekejianku terhadap bocah berusia 5 tahun. Bodohnya kau,Kyungsoo!
“Tuan Kyungsoo!” Panggil seseorang dibelakangku.
“Jeon-ahjussi?!” Pekikku tertahan. Jeon-ahjussi  adalah supir keluargaku sejak aku kecil. “Panggil aku Kyungsoo saja.”
“Baiklah Kyungsoo-ssi, Anda sudah ditunggu di rumah sakit,” Balas Jeon-ahjussi. Kemudian aku-pun mengikuti beliau ke tempat parkir sambil berusaha mengatur detak jantungku yang terus mengedor seakan meminta keluar.
Rumah sakit,hhmm.. bukan tempat asing untukku. Yang asing adalah aku yang datang ke sana karena telepon eomma di pagi hari waktu Inggris. Dimana eomma yang selalu bersikap tenang mendadak jadi menjerit-jerit histeris seperti kerasukan, menyampaikan kabar yang membuatku syok.
Kyungsoo, cepat pulang nak! Adikmu sekarat! Dia divonis leukemia stadium 4! Walau dia koma,eomma yakin dia dapat mendengarmu. Eomma mohon pulang sekarang! Sebelum terlambat!
Adikku,Do Jongin. Dengan penyakit yang selalu kumaki-maki keberadaannya. Bagaimana pun juga,setelah kami berdua beranjak remaja aku selalu ‘dibuat dekat’ dengannya. Entah mengapa aku menjadi satu kelompok dance dengannya. Dan yang paling tak masuk akal,Jongin yang kutahu tak suka bernyanyi tiba-tiba menjadi teman duet-ku. Tentu saja itu ulah seosangnim-ku.
“Apa Kyungsoo-ssi tidak ingin mengetahui kondisi Jongin-ssi?” Pertanyaan Jeon-ahjussi membuyarkan lamunanku.
“Ehmm.. eomma bilang Jongin koma,” Jawabku pelan. “Kenapa kita tidak tahu kalau dia sakit?” Konyolnya aku bertanya begini,aku saja acuh kepadanya.
“Jongin-ssi menyembunyikan dengan rapi, saya sendiri baru tahu sewaktu dia mendadak pingsan di halaman.” Terdengar kesenduan dalam setiap kata-katanya.
Ya Tuhan.. Jeon-ahjussi saja begitu perhatian kepada dongsaeng-ku,lantas dimana keberadaanku selama ini. Rasanya dosa ini akan terus menghantuiku.
“Maaf jika saya lancang,tapi Anda tidak menyalahkan Jongin-ssi atas meninggalnya Tuan bukan?”
Aku menggeleng cepat. Walau mereka kecelakaan bersama,bukan berarti Jongin penyebabnya. Harusnya aku bersyukur dia berhasil selamat. Huh,dimana akal sehatku selama ini. Kenapa baru sekarang aku.. ah sudahlah!

***

Aku berlari secepat mungkin menuju kamar rawat Jongin. Dan ini dia,saat kubuka..
“Jongin sudah mengucapkan salam tadi..” Ucap seorang wanita paruh baya yang berdiri di samping ranjang dongsaeng-ku. “Sebelum dia pergi.”
Bohong! Eomma bohong! Aku belum sempat meminta maaf,belum sempat memeluknya, belum sempat mengatakan bahwa aku menyayanginya. Perlahan kakiku berjalan menuju ranjang tempat adikku tersayang berbaring tanpa nyawa. Kugenggam tangan dinginnya,kuusap perlahan rambutnya yang menipis,tak peduli dia tahu atau tidak.
Mianhae Jonginnie. Harusnya kau mendapat hyung yang lebih baik dariku.”
Air mataku tumpah,mengingat semuanya. Masa bodoh aku ini namja,memang namja tidak boleh menangis? Aku mulai membayangkan sakit yang diterima Jongin dari hyung kandungnya. Memori itu bertumpahan. Saat aku mendorong Jongin di tangga, saat Jongin menyuapiku sewaktu aku sakit, saat aku mempermalukannya di lapangan sekolah ketika sekolah menengah, saat dia tersenyum kepadaku,saat…
“Jongin sudah memaafkanmu, dia sendiri yang tadi mengucapkannya.” Eomma berusaha menenangkanku, tangannya mengusap lembut bahuku. Bukan, bukan itu masalahnya,aku ingin dia mendengar ketika aku berkata…
Hyung  menyayangimu Jonginnie. Hyung menyayangimu.”
Kupeluk tubuhnya yang begitu kurus, walaupun semasa hidupnya dia tak pernah merasakan pelukanku. Biarlah kali ini aku lama memeluknya. Berusaha merasakan semua perih yang selama ini dia pendam, merasakan saat dia mengacuhkan fakta bahwa aku membencinya.
Kuusap pelan rambut tipisnya lantaran kemoterapi hingga menyisahkan beberapa helai di tanganku. “Hyung menyayangimu, saeng!” Desisku di telinganya.
Gwaenchana ?” Tanya eomma dengan wajah sembab.
Ne.. seperti yang eomma lihat!” Jawabku berusaha tegar.
Mendadak tampak olehku Jongin yang berdiri di sampingku sambil tersenyum kemudian melambai. Aku terperangah dan melihat sekeliling, apakah ini karena aku yang terlalu membayangkannya? Selamat jalan adikku sayang, di sana pasti tak ada lagi sakit yang kau rasakan seperti di sini.


_END_


Kamis, 14 Mei 2015

My Fanfiction (We Are Human Too)

Tittle         : We Are Human Too
Author        : Xi Ai Liu  #Dealova
Genre          : Drama (Friendship,Sistership),Sad
Length         : Ficlet (1236 Words)
Rating         : General
Main Cast    : Song Qian (fx)’ s Victoria
Other Cast   : Huang Zi Tao (EXO’s Tao)
  Amber Josephine Liu (fx)’s Amber
  Park Sunyoung (fx)’s Luna
  Choi Jinri f(x)’s Sulli
  Jung Soojung f(x)’s Krystal
Dislaimer      : Just fanfiction!
A/N             : Sorry for typo(s) or the other fault. I need your coment/review.


We are human too
And we need the good place for life
Can you understand?


Drrtt.. Drrtt..
Ponsel yang kutaruh di atas meja bergetar,menggangguku yang tengah tenang menatapi langit-langit kamar dorm. Yah.. memang aneh sih,karena secara logika apa serunya memandangi sesuatu yang kosong,yang sejak awal dilihat begitu-gitu saja tidak berubah.
Yoboseoyo ?” Hah,aku lupa melihat nama penelpon.
Ni hao,Qian-jie !!”
“Oh,rupanya kau Tao-ie,ada apa?” Memang sejak pembuatan MV Agape dan Not Alone milik Liyin-jiejie,kami berdua sudah menjadi lebih akhrab.
“Aku hanya ingin tahu kabarmu jie,kudengar kakimu terkilir.”
“Ah ne,tapi sekarang sudah membaik. Tadi saja aku sudah mulai berlatih.”
“Yak..! Kenapa jiejie malah berlatih,eoh? Apa Qian-jie siap cedera sepertiku?”
Aku tersenyum miris. Ya,aku sudah mengetahui jika Tao,Lay,dan Kai memiliki cedera kambuhan yang akan kembali saat mereka berlatih terlalu keras.
“Tenanglah,aku tidak bodoh Tao-ie.”
“Ya sudahlah jie,aku kan hanya khawatir padamu.” Hey hey,kenapa nada bicaranya seperti Krystal saat aku menolak membuatkannya makan? Oh ya,aku baru ingat kalau Tao juga maknae. Ah,kalian ini…
“Hey jangan marah! Aku hargai kepedulianmu itu. Sekarang giliranku bertanya tentang keadaanmu.” Aku berusaha mencairkan kekesalannya.
“Hhmm.. begitulah.”
“Begitu bagaimana?”
“Masa kau tidak tahu? Bukankah beritanya itu cukup heboh?”
Paboya ! Aku juga sudah tahu kalau dia cidera. Tapi yang ingin aku ketahui apakah selama comeback stage EXO,dia baik-baik saja?
“Kau kelihatan baik selama comeback.”
“Memangnya aku harus bagaimana?”
Ingatkan aku untuk mencabik-cabik boneka pandanya jika f(x) berkunjung ke dorm EXO.
“Apa kau tidak kesakitan?”
“Kai saja sanggup menahan sakitnya selama konser,masa aku tidak?”
Aku menghela napas,apa susahnya bicara dengan kalimat langsung,sih??
“Berapa lama kau merasa sakit?”
“Yang jelas tidak selama Kai.”
“YAK..!! HUANG ZI TAO,kau ingin mengerjaiku,eoh?!”
Sebuah tawa yang meledak terdengar dari seberang sana,”Ahaha.. jangan kesal begitu jie,dui bu qi  telah mengerjaimu. Tapi sungguh,aku baik-baik saja.”
“Kalau kau baik-baik saja,kenapa tadi kau mengiyakan saat aku bertanya tentang menahan sakit?” Satu dua,atur emosimu Victoria.
“Hanya sesekali saja. Baiklah jie,manager memanggilku. Pai pai..”
Ne,jaga kesehatanmu!” Dan setelahnya sambungan telfon pun terputus.
“HAHH…”
Kembali berbaring ke ranjang empuk,pikiranku melayang lagi. Kali ini tentang statusku. Statusku di sini..
Eh maksudku bukan status hubunganku,ayolah jangan salah paham,tapi statusku di negara ini,di grup ini. Mengerti kan..? Yah seseorang bernama Song Qian,gadis asal Qingdao,China memimpin sebuah grup musik Korea dibawah naungan SM Entertainment yang notabene-nya adalah salah satu agensi terbesar di Korea. Ehem! Mungkinkah pada awalnya netizen tidak menyukai posisiku sebagai leader ? Bisa jadi karena sampai detik ini aku masih mendengar orang yang tak menyukai keberadaanku di f(x) karena faktor usia. Iya iya,aku satu-satunya yang ber-line ’89,tapi apa masalahnya? Keempat dongsaeng-ku tidak mempermasalahkannya. Biarlah aku menjadi sosok ibu bagi mereka.
Huh,kadang aku salut pada diri sendiri. Coba pikir,siapa saja artis SM yang akhir-akhir ini mengeluarkan lawsuit kurang ajar itu? Right ! Kris,ah maksudku Wu Yi Fan,Luhan,dan Hangeng. Memang Jessica juga sudah bukan bagian dari agensi tapi dia kan,lain cerita. Dan di tengah semua itu aku masih bertahan di sini tanpa ada kabar angin yang mengatakan Victoria Song akan mengundurkan diri. Seandainya aku ikut mengundurkan diri.. apa jadinya? Ah,yang jelas f(x) tak akan bubar,EXO-M yang dua kali kehilangan leader  saja masih kokoh berdiri. Aduh.. aku jadi ingin menangis mengingatnya.
Jujur semua itu berefek pula padaku. Seperti Krystal yang bahkan sampai pingsan di panggung tak lama setelah eonni-nya tak lagi di agensi. Untung saja efeknya tidak sampai membuat member lain histeris ingin menyeretku ke rumah sakit jiwa. Tapi.. bagaimana ya menjelaskannya. Intinya aku sangat sedih. Ada saat-saat dimana aku terbayang grup mereka dengan formasi lengkap. Malam dimana aku terisak tanpa suara. Aku tidak tahu kenapa namun ya.. semua ini menorehkan luka di dalam hatiku. Walau secara harfiah ini tak terlalu berhubungan denganku. Namun secara ikatan persaudaraan yang entah kapan kubentuk,itu cukup memperngaruhiku. Karena kita sama-sama berada jauh dari rumah,baiklah member lain juga jauh dari rumah,tapi kami harus pergi ke bandara dulu untuk sampai ke rumah. Kami juga harus mempelajari bahasa asing yang mungkin sewaktu kecil tak pernah terbayang akan memperlajarinya. Kami harus bertatapan dengan orang-orang yang memandang penuh pesimis ke arah kami. Kami diwajibkan tersenyum saat ada yang merendahkan kampung halaman kami. Kami bekerja lebih keras dibanding kawan-kawan kami yang berkewarganegaraan asli. Yeah,kami dianggap orang asing. Dan aku tidak bodoh untuk tahu bahwa masih ada yang berpikiran begitu.
Kadang aku ingin meledak. Berteriak sekeras-kerasnya. Mempertanyakan keberadaan kami. Menantang orang-orang yang merendahkan kami. Memang apa salahnya sih,berkarier di luar negeri,hah?! Kami tidak sekalipun menggangu kalian. Apa kalian menganggap kami mengotori kesucian negara? Bukankah ada juga warga negara kalian yang tinggal di negeri kami? Bukankah kita berada dalam satu benua? Ya,kita semua orang Asia! Kami juga manusia. Kami juga ingin merasakan damai. Kami di sini bukan melakukan kejahatan,kami berkarya,membawa nama negeri ini dan negeri kami. Kita memang berbeda negara,tapi kita sama-sama manusia bukan? Sama-sama bernapas menggunakan hidung dengan oksigen yang berasal dari paru-paru. Memang kami bernapas dengan jantung eoh? Sehingga keberadaan kami pantas dipermasalahkan? Bukankah di sekolah-sekolah sering diajarkan bahwa rasis adalah perbuatan yang melanggar Hak Asasi Manusia? We Are Human Too..!!!
Air mataku mulai mengalir,tak kusangka pergolakan batinku sekejam ini memperlakukanku. Ya,aku sedih tapi bukan berarti aku merasa sebagai artis termalang di dunia. Aku malah merasa sebagai iron girlband member . Ahaha… Benar bukan? Untuk apa lama-lama meratapi hidup? Bukankah cepat atau lambat kita harus bangkit? Aku tahu ini berat karena aku sendiri juga sering mengalami kesulitan.
EONNI…!!!”
Pasti Krystal dan penyebabnya pasti Amber,si tomboy itu. Siapa lagi memangnya.
“Apa yang terjadi di sini?” Tanyaku setenang mungkin walau tanganku sudah gemas ingin mengaak-acak rambut si tomboy tersebut.
“Amber-eonni  mengirim pesan kepada Minhyuk-oppa melalui ponselku. Ditulis bahwa aku menyukainya,itu kan tidak benar… Ah eonni  tolong aku…!!” Rengek Krystal,campuran panik dan ingin menangis. Apa jangan-jangan dia malu perasaannya diketahui sang pangeran? Aduh kenapa justru berpikir yang tidak-tidak.
“Hey Amber,aku akan mengirim pesan kepada Henry-sunbae bahwa kau menyukainya,” Ucapku santai.
“Lah kok,oh kenapa jadi begini…?” Amber frustasi seketika sementara Luna yang sedari tadi menonton langsung terbahak.
Aku menoleh menatap Luna,”Kau juga turut serta?”
Jawabannya sudah bisa kutebak.
“Aku diam saja sedri tadi. Amber-eonni  yang melakukannya.”
Ditambah bumbu-bumbu wajah memelas,membuat Amber menghadiahinya tatapan habis-kau-nanti. Yang ditatap masih setia memasang wajah malaikat.
“Ayolah kalian,bagaimana jika nanti aku tidak di sini lagi?”
Hening. Semuanya terpaku sampai mulut Krystal membulat penuh.
Ups,sepertinya salah bicara akibat acara merenung mellow-ku tadi.
Eonni  mau pergi kemana?” Amber murung seketika.
“Apa eonni  lelah mengurusi kita?” Luna menundukkan kepalanya.
“Nanti siapa yang membelaku jika Vic-eonni pergi?” Si maknae justru nyaris menangis.
Mereka tidak rela aku pergi. Mereka membutuhkanku. Mereka menginginkan aku tetap di sini. Karena memang ya,tidak semua membenci keberadaanku di grup ini.
“Aku tidak pergi kemana-mana,tadi salah bicara saja. Percayalah!” Ucapku berusaha menenangkan mereka.
“Hey sweety,uljima ne ? Kemana sosok anggunmu,hem?” Kurangkul Krystal sambil menggodanya. Dia mulai tertawa kecil.
“Victoria-eonni..!!”
BRUK..
Tubuhku terdorong ke belakang setelah Amber dan Luna memelukku tiba-tiba. Mungkin setelah ini aku harus menambah berat badan.
Saranghaeyooo…”
Saranghaeyo dongsaeng...”
KRING KRING…
“Bukannya itu opening MV kita?” Tanya Amber polos.
“Itu telfon! Angkatlah…” Luna berdecak kesal sedangkan Amber tertawa-tawa seraya mengangkat telfon.
Yoboseoyo ?”
“…………”
“HEI,INI SULLI! SEMUANYA KEMARI..!! HOYY.. KAU CHOI JINRI!”
Betapa gembiranya aku hari ini.