Tittle :
Don’t Go
Genre :
Drama (Brothership), Angst,Hurt
Author :
Alfiyah D.A #Dealova
Length :
Oneshoot
Rating :
PG-13/Teenager
Cast :
-
Xi Lu Han (Luhan)
-
Oh Se Hun (Sehun)
-
Kim Jong Dae (Jong-Dae/Chen)
Aku tidak menginginkan
semua ini. Dan aku juga tidak mau membuatnya menderita
BRAK…
Luhan menatap datar detik-detik dimana pintu rumhanya dibuka
atau lebih tepatnya dibanting. Tak lama kemudian masuklah seorang namja tinggi
berkulit putih pucat dengan senyum menyeringai.
“Kenapa? Kau tak suka?” Tanya namja tersebut dengan nada
menantang.
“Kunci pintunya,Sehun,” Balas Luhan jengkel kepada adiknya.
Ya,adik kandungnya-Sehun.
“Sebaiknya berhenti menungguku setiap malam. Tidak usah
berpura-pura mengkhawatirkanku.”
“Aku lebih mengkhawatirkan isi rumah ini seandainya pintu
tidak dikunci.” Setelah berkata demikian,Luhan pergi ke kamarnya,menelan
kejengkelan luar biasa atas tindakan adiknya selama 2 minggu terakhir ini.
“Karena seperti itulah yang harus dilakukan nanti…” Guman
Sehun seraya tersenyum mengejek.
***
Seorang namja bertopi menatap bosan ponselnya. Sesekali
jarinya mengetuk-ngetuk meja cafe dengan tatapan diarahkan ke
sekelilingnya,siapa tahu yang ditunggunya datang. Tangannya pun mulai mengambil
minuman yang tadi dipesan.
“Hoy Chen-Chen!” Seru seseorang di belakangnya dan otomatis
membuat yang dikejutkan tersedak minuman.
“Ha ha ha…” Tawa dari orang yang telah mengejutkannya pun
meledak penuh kepuasan.
“Terima kasih Sehun,kau senang?!” Balas namja bertopi bernama
Chen itu.
“Mian,aku tak tahan dengan raut wajahmu,” Sahut
Sehun-sahabatnya seraya duduk di kursi yang bersebelahan,” Kau masih lama
dengan makananmu?” Lanjutnya seraya menunjuk cheese cake milik Chen.
“Mungkin tidak. Oh ya,bagaimana kabar Luhan-hyung?”
Sehun mengentikan dahi tak mengerti,”Kenapa menanyainya?”
“Yak,kau ini! Aku kan bertanya padamu,seharusnya dijawab.”
“Yeah,dia baik-baik saja. Kenapa kau menyukainya?”
“Demi Tuhan,aku masih normal!” Pekik Chen dengan tak percaya
sementara Sehun kembali tertawa.
“By the way,” Chen mulai sok berbahasa Inggris,”Are you hate
him?”
“Sepertinya kau sudah tahu jawabannya,” Jawab Sehun malas.
“Sungguh? Menurutku kau beruntung memiliki hyung yang rajin
dan cerdas seperti dia.” Ya,Chen memang tak salah karena tak sembarang orang
dapat masuk Yonsei Univercity seperti Luhan bukan? Universitas terbaik di
Seoul,Korea Selatan.
“Tapi bagiku,dia menambah beban saja karena masih menghantui
hidupku.”
Terkejut mendengar pernyataan pedas sahabatnya,Chen memilih
diam. Nyaris saja ia ingin melontarkan kalimat ‘adik durhaka’ namun diurungkan
melihat perubaha raut wajah Sehun yang.. cepat hingga dia mengira itu hanya
ilusi.
Mungkin Sehun punya
alasan, Batinnya menenangkan.
“Dan kau sendiri masih jadi pemakan dari penghasilanku dan appa !”
Baik Sehun maupun Chen tersentak mendengar suara bentakan
tiba-tiba tersebut. Mereka menoleh mencari sang pemilik suara yang tak lain...
Luhan.
***
Perasaan campur aduk menguasai Sehun sepenuhnya saat ia telah
memasuki kamarnya. Kesesakkan masih melingkupi hatinya mengingat ucapan hyung-nya di café tadi. Tapi
hey,bukankah ini skenariomu? Kenapa harus bersedih? Pernahkah ada sutradara
yang bersedih atas scenario rancangannya? Oh,tapi tetap saja,mendengar ucapan
pedas dari kakak yang kau sayangi itu tetap… menyakitkan. Dan itu sebuah hal
yang harus kau akui.
“Akh…” Sehun menyeka kasar darah yang keluar dari hidungnya
menggunakan tisu. Sudah 2 minggu semenjak vonis itu diberikan,tisu selalu stand by di kamarnya.
Suara gaduh yang sediki samar mulai memasuki pendengarannya.
Merasa darah itu sudah berhenti,Sehun bergegas keluar setelah membuang
tisu-tisu yang telah terpakai agar tak ada jejak yang tertinggal. Dan di
bawah,dia mendapati Luhan dengan ransel dan tas besar di tangan. Sekilas dia
melihat taksi terparkir di depan rumah.
“Jika appa menanyakan,katakan saja aku pergi,” Ucap Luhan
dengan nada yang tak pernah di dengarnya seumur hidup. Dingin.
Tidak,ini bukan Luhan. Luhan bukanlah sosok Ice Prince,Luhan adalah sosok rusa ramah
yang selalu tersenyum. Selalu… Betapa kejamnya makhluk yang telah membuat hujan
es tak berkesudahan di hatinya. Dan orang kejam itu adalah Sehun yang masih
berdiri di depan pintu hingga taksi itu hilang dari pandangannya.
BRUK…
“Hiks.. Hiks… Mianhae,hyung.”
Air mata itu pecah. Air mata yang tak pernah ditunjukkan
kepada siapa pun itu tak kuasa tertahan lagi. Wajahnya yang selalu datar hilang
sudah. Menyadari yang tertinggal kini hanya sunyi dan sepi yang terus
memborbardir hatinya. Semua orang pergi. Semua anggota keluarganya. Eomma yang sudah bahagia di sisi Tuhan,appa yang melarikan diri bersama
tumpukan kertas bisnis,dan kini hyung-nya.
Aku beruntung pernah
memiliki hyung sepertimu. Tapi hasilnya akan berbanding terbalik padamu.
***
20 April.
Hari itu tiba. Hari ulang tahun Luhan. Sudah 2 hari semenjak
Luhan meninggalkan rumah dan Sehun merasa dirinya benar-benar kacau. Tapi
diam-diam dia bersyukur,mungkin saat ini Luhan sudah lebih bahagia.Tanpa dirinya.
TOK TOK TOK…
“Yak.. Sehun! Kau terlihat kacau!” Pekik Chen begitu melihat
Sehun sesaat setelah pintu terbuka
“Ya ya,masuklah,” Balas Sehun malas.
Cuma kau yang sekarang aku
punya,Jong-Dae
Setelah mereka duduk,Chen mulai menyadari keanehan di wajah
sahabatnya. Walaupun Sehun memang berkulit putih pucat namun kali ini
keterlaluan. Dia nyarisa dapat disandingkan dengan mayat.
“Aku tahu yang terjadi padamu,” Mulai Chen.
“Hah?! Maksudmu?!” Sehun mencondongkan tubuhnya terkejut.
“Kau sedang tidak sehat dan perginya Luhan-hyung dari rumah memperburuknya.”
Hening. Wajah datar Sehun masih terpasang apik.
“KAU TIDAK BERNIAT MENCARINYA,HAH?! Apa yang sebenarnya kau
sembunyikan?!” UCap Chen penuh emosi. Cukup selama ini dia pendam seluruh
kecurigaannya. Dia tidak naïf,apalagi selamanya berpura-pura tak tahu.
“Ini scenario yang kubuat,” Mulai Sehun akhirnya. Dia sudah
bingung memikirkan alibi.
“Aku sengaja membuat Luhan-hyung
membenciku. Cukup dia merasakan perihnya akan kehilangan eomma.”
“Kehilangan? Apa maksudmu…”
“Lihat ini.” Sehun menyerahkan selembar kertas kepada Chen.
DEG…
Chen mengedip-ngedipkan matanya tak percaya akan
penglihatannya sendiri. Kertas itu,kertas keterangan dari rumah sakit .Kertas
kuasa yang menerangkan bahwa sahabatnya terkena leukemia stadium 3. Chen
mengepalkan tangannya geram bercampur kesedihan mendalam,menyesal pernah
berniat mengolok Sehun sebagai adik durhaka.
“Sampai ka… SEHUN!”
Dengan cepat Chen segera meraih ponselnya lalu menghubungi
ambulans. Air mata merangsak turun melihat pemandangan di hadapannya. Sehun
pingsan dalam keadaan mimisan.
***
“Maafkan aku Sehunnie.”
Luhan benar-benar frustasi di depan runag ICU tempat sang adik
terbaring sementara para dokter dan perawat tengah berusaha keras menyelamatkan
pasiennya tersebut. Beberapa jam yang lalu saat dia baru selesai kuliah,dia
mendapat telfon dari orang tak dikenal,awalnya dia enggan mengangkat namun
entah tiba-tiba saja tangannya sudah bergerak duluan. Orang itu mengaku sahabat
adiknya dan mengatakan saat ini Sehun tengah kritis. Setelah mendapat data
tentang rumah sakit tersebut,Luhan langsung melesat penuh kekhawatiran. Tak
peduli peristiwa 2 hari yang lalu,sekejam-kejam dirinya tak mungkin mengacuhkan
adiknya dalam kondisi seperti itu. Entah suara hatinya atau apa,yang jelas ada
yang terus mengemukakan bahwa saat ini Sehun membutuhkan dirinya. Membutuhkan
kakaknya.
“Luhan-hyung …”
Panggil seseorang,Luhan menoleh. Ah,ini orang yang menelponnya. Jong Dae atau
yang biasa dipanggil Chen oleh Sehun.
“Jeongmal gamsahamnida,seandainya
tidak ada kau entah bagaimana nasib Sehun,” Ucap Luhan.
“Cheonmaneyo. Tapi
ada satu hal yang ingin aku beri tahu kepada hyung.” Chen berusaha mengontrol emosinya agar tidak menangis saat
berbicara.
“Apa itu?” Balas Luhan. Feeling-nya
mulai menghubungkan dengan penyakit yang diderita Sehun.
“Sehun mendapat vonis ini sekitar 2 minggu yang lalu karena
itu di sengaja membuat Luhan-hyung membencinya.”
Sengaja?
“Agar nanti saat di apergi tak ada yang merasa kehilangan
dirinya.”
Akhir penjelasan Chen seketika membuat Luhan terpaku di detik
itu juga;pikirannya tak dapat menyambung untuk membuat realistis kalimat yang
baru didengarnya,otaknya buntu seketika.
Inilah alasan Sehun bersikap menjengkelkan. Sehun tahu bahwa
dirinya dan appa-nya merasa terpukul
karena kehilangan,karena itu.. Sehun tak ingin mengulangnya lagi. Apalagi
sampai membuat dirinya frustasi.
Kakak macam apa dia,yang justru tak menghargai adiknya yang
membunuh perasaannya sendiri?
Baboya…
“Maaf hyung, aku
harus pulang.Tolong sampaikan salamku kepada Sehun jika ia sadar nanti,” Pamit
Chen.
“Ne,gamshamnida karena
telah menolong adikku,” Balas Luhan seraya tersenyum.
Chen membungkuk hormat yang dibalas pula oleh Luhan dan pada
akhirnya Luhan hanya ditemani kegelisahan dan persaan bersalah.
Pukul 8 malam,Luhan duduk di kursi di samping ranjang adiknya
yang belum sadar,memikirkan kata-kata dokter yang merawat Sehun.
“Salah satu tindakan
terbaik saat ini adalah operasi cangkok sumsum tulang belakang.”
“Bagaimana dengan resiko
di kedua belah pihak?”
“Bagi si pendonor,bisa
saja terjadi pendarahan hebat berakibat kematian. Sedangkan bagi si
penerima,bisa saja terjadi penolakan terhadap organ baru yang menyebabkan
komplikasi dan infeksi.”
“Berapa pesentase
keberhasilannya?”
“Sekitar 50-60%.”
Tidak ada pilihan lain,ini lebih baik dibanding adiknya
menjalani rangkaian kemoterapi dan radiasi lainnya.
Srek Srek…
Jemari Sehun yang sedari tadi Luhan genggam mulai begerak.
Dengan antusian Luhan langsung menengadah menunggu reaksi selanjutnya.
“Hyung…”
Luhan tersenyum seraya mengusap dahi adiknya. Miris melihat
betapa lemahnya Sehun saat ini.
“Sstt.. istirahatlah,hyung ada di sini,” Ucap Luhan mencoba
menenangkan adik kesayangannya.
“Mianhae…” Ucap
Sehun lagi,nyaris tak terdengar.
“Ne,hyung juga salah
meninggalkanmu.”
Pelan-pelan,Luhan menekan tombol guna memanggil dokter.
Setelah dokter tiba,perlahan dilepaskan genggaman tangan Sehun padanya seraya
berguman,”Hyung ada di sini.”
“Kau yakin dengan keputusanmu?” Tanya dokter begitu selesai
memeriksa.
Luhan mengangguk pasti.
“Baiklah,kalau begitu kita akan lakukan begitu keadaannya
sudah cukup stabil.”
“Gamsahamnida,euisa.”
Setelah kepergian dokter tersebut,Luhan kembali menghampiri
Sehun dan kembali menggenggam tangan adiknya yang terasa sedikit dingin.
“Apa maksudnya tadi?” Tanya Sehun,suaranya sudah mulai jelas.
“Kau akan segera dioperasi cangkok sumsum tulang belakang,”
Jawab Luhan seraya tersenyum.
Namun raut bertolak belakang tersirat di wajah Sehun,”Hyung yang jadi pendonornya?”
“Kau tak setuju? Semua akan baik-baik saja asal kau tak
menyembunyikan apapun lagi dariku,” Balas Luhan santai dengan nada menyindir.
Sukses membuat Sehun tersipu malu.
“Aku percaya padamu.”
“Yeah,so please don’t go
my brother.”
_END_
Maaf jika alur kurang mengenakkan,ini pertama kali membuat FF
tentang EXO.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar