Mau Cari Apa???

Senin, 02 Februari 2015

Don’t Go : My EXO Fanfiction

Tittle : Don’t Go
Genre : Drama (Brothership), Angst,Hurt
Author : Alfiyah D.A #Dealova
Length : Oneshoot
Rating : PG-13/Teenager
Cast :
-      Xi Lu Han (Luhan)
-      Oh Se Hun (Sehun)
-      Kim Jong Dae (Jong-Dae/Chen)

Aku tidak menginginkan semua ini. Dan aku juga tidak mau membuatnya menderita

BRAK…
Luhan menatap datar detik-detik dimana pintu rumhanya dibuka atau lebih tepatnya dibanting. Tak lama kemudian masuklah seorang namja tinggi berkulit putih pucat dengan senyum menyeringai.
“Kenapa? Kau tak suka?” Tanya namja tersebut dengan nada menantang.
“Kunci pintunya,Sehun,” Balas Luhan jengkel kepada adiknya. Ya,adik kandungnya-Sehun.
“Sebaiknya berhenti menungguku setiap malam. Tidak usah berpura-pura mengkhawatirkanku.”
“Aku lebih mengkhawatirkan isi rumah ini seandainya pintu tidak dikunci.” Setelah berkata demikian,Luhan pergi ke kamarnya,menelan kejengkelan luar biasa atas tindakan adiknya selama 2 minggu terakhir ini.
“Karena seperti itulah yang harus dilakukan nanti…” Guman Sehun seraya tersenyum mengejek. 

***
Seorang namja bertopi menatap bosan ponselnya. Sesekali jarinya mengetuk-ngetuk meja cafe dengan tatapan diarahkan ke sekelilingnya,siapa tahu yang ditunggunya datang. Tangannya pun mulai mengambil minuman yang tadi dipesan.
“Hoy Chen-Chen!” Seru seseorang di belakangnya dan otomatis membuat yang dikejutkan tersedak minuman.
“Ha ha ha…” Tawa dari orang yang telah mengejutkannya pun meledak penuh kepuasan.
“Terima kasih Sehun,kau senang?!” Balas namja bertopi bernama Chen itu.
“Mian,aku tak tahan dengan raut wajahmu,” Sahut Sehun-sahabatnya seraya duduk di kursi yang bersebelahan,” Kau masih lama dengan makananmu?” Lanjutnya seraya menunjuk cheese cake milik Chen.
“Mungkin tidak. Oh ya,bagaimana kabar Luhan-hyung?”
Sehun mengentikan dahi tak mengerti,”Kenapa menanyainya?”
“Yak,kau ini! Aku kan bertanya padamu,seharusnya dijawab.”
“Yeah,dia baik-baik saja. Kenapa kau menyukainya?”
“Demi Tuhan,aku masih normal!” Pekik Chen dengan tak percaya sementara Sehun kembali tertawa.
By the way,” Chen mulai sok berbahasa Inggris,”Are you hate him?
“Sepertinya kau sudah tahu jawabannya,” Jawab Sehun malas.
“Sungguh? Menurutku kau beruntung memiliki hyung yang rajin dan cerdas seperti dia.” Ya,Chen memang tak salah karena tak sembarang orang dapat masuk Yonsei Univercity seperti Luhan bukan? Universitas terbaik di Seoul,Korea Selatan.
“Tapi bagiku,dia menambah beban saja karena masih menghantui hidupku.”
Terkejut mendengar pernyataan pedas sahabatnya,Chen memilih diam. Nyaris saja ia ingin melontarkan kalimat ‘adik durhaka’ namun diurungkan melihat perubaha raut wajah Sehun yang.. cepat hingga dia mengira itu hanya ilusi.
Mungkin Sehun punya alasan, Batinnya menenangkan.
“Dan kau sendiri masih jadi pemakan dari penghasilanku dan appa !”
Baik Sehun maupun Chen tersentak mendengar suara bentakan tiba-tiba tersebut. Mereka menoleh mencari sang pemilik suara yang tak lain... Luhan.
***
Perasaan campur aduk menguasai Sehun sepenuhnya saat ia telah memasuki kamarnya. Kesesakkan masih melingkupi hatinya mengingat ucapan hyung-nya di café tadi. Tapi hey,bukankah ini skenariomu? Kenapa harus bersedih? Pernahkah ada sutradara yang bersedih atas scenario rancangannya? Oh,tapi tetap saja,mendengar ucapan pedas dari kakak yang kau sayangi itu tetap… menyakitkan. Dan itu sebuah hal yang harus kau akui.
“Akh…” Sehun menyeka kasar darah yang keluar dari hidungnya menggunakan tisu. Sudah 2 minggu semenjak vonis itu diberikan,tisu selalu stand by  di kamarnya.
Suara gaduh yang sediki samar mulai memasuki pendengarannya. Merasa darah itu sudah berhenti,Sehun bergegas keluar setelah membuang tisu-tisu yang telah terpakai agar tak ada jejak yang tertinggal. Dan di bawah,dia mendapati Luhan dengan ransel dan tas besar di tangan. Sekilas dia melihat taksi terparkir di depan rumah.
“Jika appa  menanyakan,katakan saja aku pergi,” Ucap Luhan dengan nada yang tak pernah di dengarnya seumur hidup. Dingin.
Tidak,ini bukan Luhan. Luhan bukanlah sosok Ice Prince,Luhan adalah sosok rusa ramah yang selalu tersenyum. Selalu… Betapa kejamnya makhluk yang telah membuat hujan es tak berkesudahan di hatinya. Dan orang kejam itu adalah Sehun yang masih berdiri di depan pintu hingga taksi itu hilang dari pandangannya.
BRUK…
“Hiks.. Hiks… Mianhae,hyung.
Air mata itu pecah. Air mata yang tak pernah ditunjukkan kepada siapa pun itu tak kuasa tertahan lagi. Wajahnya yang selalu datar hilang sudah. Menyadari yang tertinggal kini hanya sunyi dan sepi yang terus memborbardir hatinya. Semua orang pergi. Semua anggota keluarganya. Eomma yang sudah bahagia di sisi Tuhan,appa yang melarikan diri bersama tumpukan kertas bisnis,dan kini hyung-nya.
Aku beruntung pernah memiliki hyung sepertimu. Tapi hasilnya akan berbanding terbalik padamu.
***
20 April.
Hari itu tiba. Hari ulang tahun Luhan. Sudah 2 hari semenjak Luhan meninggalkan rumah dan Sehun merasa dirinya benar-benar kacau. Tapi diam-diam dia bersyukur,mungkin saat ini Luhan sudah lebih bahagia.Tanpa dirinya.
TOK TOK TOK…
“Yak.. Sehun! Kau terlihat kacau!” Pekik Chen begitu melihat Sehun sesaat setelah pintu terbuka
“Ya ya,masuklah,” Balas Sehun malas.
Cuma kau yang sekarang aku punya,Jong-Dae
Setelah mereka duduk,Chen mulai menyadari keanehan di wajah sahabatnya. Walaupun Sehun memang berkulit putih pucat namun kali ini keterlaluan. Dia nyarisa dapat disandingkan dengan mayat.
“Aku tahu yang terjadi padamu,” Mulai Chen.
“Hah?! Maksudmu?!” Sehun mencondongkan tubuhnya terkejut.
“Kau sedang tidak sehat dan perginya Luhan-hyung  dari rumah memperburuknya.”
Hening. Wajah datar Sehun masih terpasang apik.
“KAU TIDAK BERNIAT MENCARINYA,HAH?! Apa yang sebenarnya kau sembunyikan?!” UCap Chen penuh emosi. Cukup selama ini dia pendam seluruh kecurigaannya. Dia tidak naïf,apalagi selamanya berpura-pura tak tahu.
“Ini scenario yang kubuat,” Mulai Sehun akhirnya. Dia sudah bingung memikirkan alibi.
“Aku sengaja membuat Luhan-hyung membenciku. Cukup dia merasakan perihnya akan kehilangan eomma.”
“Kehilangan? Apa maksudmu…”
“Lihat ini.” Sehun menyerahkan selembar kertas kepada Chen.
DEG…
Chen mengedip-ngedipkan matanya tak percaya akan penglihatannya sendiri. Kertas itu,kertas keterangan dari rumah sakit .Kertas kuasa yang menerangkan bahwa sahabatnya terkena leukemia stadium 3. Chen mengepalkan tangannya geram bercampur kesedihan mendalam,menyesal pernah berniat mengolok Sehun sebagai adik durhaka.
“Sampai ka… SEHUN!”
Dengan cepat Chen segera meraih ponselnya lalu menghubungi ambulans. Air mata merangsak turun melihat pemandangan di hadapannya. Sehun pingsan dalam keadaan mimisan.
***
“Maafkan aku Sehunnie.”
Luhan benar-benar frustasi di depan runag ICU tempat sang adik terbaring sementara para dokter dan perawat tengah berusaha keras menyelamatkan pasiennya tersebut. Beberapa jam yang lalu saat dia baru selesai kuliah,dia mendapat telfon dari orang tak dikenal,awalnya dia enggan mengangkat namun entah tiba-tiba saja tangannya sudah bergerak duluan. Orang itu mengaku sahabat adiknya dan mengatakan saat ini Sehun tengah kritis. Setelah mendapat data tentang rumah sakit tersebut,Luhan langsung melesat penuh kekhawatiran. Tak peduli peristiwa 2 hari yang lalu,sekejam-kejam dirinya tak mungkin mengacuhkan adiknya dalam kondisi seperti itu. Entah suara hatinya atau apa,yang jelas ada yang terus mengemukakan bahwa saat ini Sehun membutuhkan dirinya. Membutuhkan kakaknya.
“Luhan-hyung …” Panggil seseorang,Luhan menoleh. Ah,ini orang yang menelponnya. Jong Dae atau yang biasa dipanggil Chen oleh Sehun.
Jeongmal gamsahamnida,seandainya tidak ada kau entah bagaimana nasib Sehun,” Ucap Luhan.
Cheonmaneyo. Tapi ada satu hal yang ingin aku beri tahu kepada hyung.” Chen berusaha mengontrol emosinya agar tidak menangis saat berbicara.
“Apa itu?” Balas Luhan. Feeling-nya mulai menghubungkan dengan penyakit yang diderita Sehun.
“Sehun mendapat vonis ini sekitar 2 minggu yang lalu karena itu di sengaja membuat Luhan-hyung membencinya.”
Sengaja?
“Agar nanti saat di apergi tak ada yang merasa kehilangan dirinya.”
Akhir penjelasan Chen seketika membuat Luhan terpaku di detik itu juga;pikirannya tak dapat menyambung untuk membuat realistis kalimat yang baru didengarnya,otaknya buntu seketika.
Inilah alasan Sehun bersikap menjengkelkan. Sehun tahu bahwa dirinya dan appa-nya merasa terpukul karena kehilangan,karena itu.. Sehun tak ingin mengulangnya lagi. Apalagi sampai membuat dirinya frustasi.
Kakak macam apa dia,yang justru tak menghargai adiknya yang membunuh perasaannya sendiri?
Baboya…
“Maaf hyung, aku harus pulang.Tolong sampaikan salamku kepada Sehun jika ia sadar nanti,” Pamit Chen.
Ne,gamshamnida karena telah menolong adikku,” Balas Luhan seraya tersenyum.
Chen membungkuk hormat yang dibalas pula oleh Luhan dan pada akhirnya Luhan hanya ditemani kegelisahan dan persaan bersalah.
Pukul 8 malam,Luhan duduk di kursi di samping ranjang adiknya yang belum sadar,memikirkan kata-kata dokter yang merawat Sehun.
“Salah satu tindakan terbaik saat ini adalah operasi cangkok sumsum tulang belakang.”
“Bagaimana dengan resiko di kedua belah pihak?”
“Bagi si pendonor,bisa saja terjadi pendarahan hebat berakibat kematian. Sedangkan bagi si penerima,bisa saja terjadi penolakan terhadap organ baru yang menyebabkan komplikasi dan infeksi.”
“Berapa pesentase keberhasilannya?”
“Sekitar 50-60%.”
Tidak ada pilihan lain,ini lebih baik dibanding adiknya menjalani rangkaian kemoterapi dan radiasi lainnya.
Srek Srek…
Jemari Sehun yang sedari tadi Luhan genggam mulai begerak. Dengan antusian Luhan langsung menengadah menunggu reaksi selanjutnya.
Hyung…”
Luhan tersenyum seraya mengusap dahi adiknya. Miris melihat betapa lemahnya Sehun saat ini.
“Sstt.. istirahatlah,hyung ada di sini,” Ucap Luhan mencoba menenangkan adik kesayangannya.
Mianhae…” Ucap Sehun lagi,nyaris tak terdengar.
Ne,hyung juga salah meninggalkanmu.”
Pelan-pelan,Luhan menekan tombol guna memanggil dokter. Setelah dokter tiba,perlahan dilepaskan genggaman tangan Sehun padanya seraya berguman,”Hyung ada di sini.”
“Kau yakin dengan keputusanmu?” Tanya dokter begitu selesai memeriksa.
Luhan mengangguk pasti.
“Baiklah,kalau begitu kita akan lakukan begitu keadaannya sudah cukup stabil.”
Gamsahamnida,euisa.”
Setelah kepergian dokter tersebut,Luhan kembali menghampiri Sehun dan kembali menggenggam tangan adiknya yang terasa sedikit dingin.
“Apa maksudnya tadi?” Tanya Sehun,suaranya sudah mulai jelas.
“Kau akan segera dioperasi cangkok sumsum tulang belakang,” Jawab Luhan seraya tersenyum.
Namun raut bertolak belakang tersirat di wajah Sehun,”Hyung yang jadi pendonornya?”
“Kau tak setuju? Semua akan baik-baik saja asal kau tak menyembunyikan apapun lagi dariku,” Balas Luhan santai dengan nada menyindir. Sukses membuat Sehun tersipu malu.
“Aku percaya padamu.”
Yeah,so please don’t go my brother.”


_END_

Maaf jika alur kurang mengenakkan,ini pertama kali membuat FF tentang EXO.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar